Baru 14 Hari, Warga Tuntut Janji Gubernur Dengan Cara Blokade Jalan

0
1138

Puluhan warga bersama aparat Desa Simba Raya melakukan pemagaran akses jalan Sintang-Ketungau
LINTASKAPUAS I SINTANG – Selang waktu 14 hari menyampaikan janjinya saat menggelar kunjungan kerjanya Ke Desa Simba Raya, warga langsung menuntut janji Gubernur Kalimantan Barat dengan cara memblokade jalan Sintang-Ketungau.

Padahal sebagaimana diketahui bahwa pada saat Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmiji berdialog dengan Masyarakat Simba Raya bahwa perbaikan jalan tersebut sudah menjadi prioritasnya dan tahun anggaran 2019 pemerintah sudah menganggarkan 12,3 Miliar untuk perbaikan jalan rusak tersebut.

Anggaran perbaikan jalan Simba Raya tersebut saat ini sudah dalan proses tender, dan meminta agar masyarakat bersabar.

tuntutan janji Gubernur dengan cara memblokir akses jalan Sintang menuju wilayah perbatasan dilakukan oleh Aparat Pemerintah Desa dan Warga Desa Simba Raya Kecamatan Binjai Hulu Kabupaten Sintang, Selasa(12/2/2019) yang mengakibatkan akses transportasi dari Sintang menuju Empat Kecamatan wilayah perbatasan lumpuh total.

Koordinator Aksi, Remegius mengatakan, aksi ini dilakukan karena masyarakat punya tuntutan, yakni segera perbaiki jalan. Khususnya di Simba Raya, karena keberadaannya di bibir kota, hanya berjarak 7 Kilo dari Kota Sintang.

“Kami juga menuntut jani Gubernur, pada saat kunjungan dia kesini tanggal 25 Januari 2019 lalu,” ujarnya.

Remeguis juga mengatakan, dengan adanya aksi tersebut, diharapkan supaya masyarakat Desa Simba Raya dan sekitarnya bisa menimkati jalan yang memadai seperti daerah-daerah lainnya.

“Harapan besar kami, dengan adanya aksi ini, instansi terkait bisa datang untuk memberikan solusi,” jelasnya.

Seandainya pihak pemerintah tidak menghadirkan perwakilan datang kesini, maka pihaknya tidak akan memembuka jalan yang telah diblokir itu.

“Tidak direspon hari ini, kami akan mengadakan lebih besar lagi. Inilah harapan kami, makanya instansi terkait kami harapkan bisa hadir di sini,” jelasnya.

Dikatakannya juga, jalan tersebut merupakan penghubung 4 kecamatan. Maka dari itu, Desa Simba Raya mewakili 4 kecamatan tersebut untuk menyuarakan aspirasi.

“Untuk hari ini kami hanya melibatkan warga kami dan beberaoa warga sekitar, hanya untuk awal saj. Tapi kalau tidak ada tanggapan, maka akan lebih ramai lagi,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Simba Raya, Sugiono menjelaskan, bahwa janji Gubernur Kalbar saat kunjungan kerjanya pada 25 januari lalu mengatakan, bahwa akan memanggil 8 perusahaan yang berada di Binjai-Ketungau untuk perbaikan.

“Tapi sampai hari ini tidak ada realisasinya. Apakah gubernurnya belum panggil atau memang perusahaan yang melalaikan. Kita tidak tahu. Makanya janji itu juga menjadi tuntutan warga,” terangnya.

Dirinya juga merasa bangga dengan aksi yang dilakukan warganya dan warga sekitarnya itu. Karena memang dilihatnya kondisi jalan sudah sangat memprihatinkan. Sehingga memang harus segera dapat ditangani.

“Aksi ini bukan untuk menghambat, tapi memperleancar jalan untuk masyarakat. Karena sebelum ada aksi ini, tidak ada perhatian khusus dari instansi terkait,” jelasnya.

Dijelaskannya, bahwa satu bulan sebelum kunjungan gubernur, masyarakat sudah berencana melakukan aksi. Hanya saja setelah mendapat informasi kedatangan gubernur, niat tersebut diurungkan. Karena masyarakat ingin melihat dulu apa solusi yang akan diberikan.

“Kital ihat dulu apa yang disampaikan dan apa hasilnya. Pada sampai waktu kunjungan itu, beliau berjanji. Makanya warga mau nagih itu,” bebernya.

Diceritakannya, bagaiaman masyarakatnya kesusahan untuk melewati jalan. Bahkan untuk mengantar anak sekolah saja harus jatuh bangun. “Bagaimana bisa pintar kalau mau ke sekolah saja susah. Ada yang harus pulang lagi karena pakaiannya sudah kotor,” katanya.

Keluh kesah yang luar biasa juga dirasakan warga yang kesehariannya petani. Dikatakannya banyak para petani tak bisa menjual hasil panenya karena tak bisa melintasi jalan.

“Mau menjual hasil panennya ke kota, tapi kadang tak bisa dan berbalik arah, karena jalan tidak bisa dilintasi. Hasil pertanian pun tidak terjual dan akhirnya jadi umpan sapi,” terangnya.

Ia juga mengatakan, bahwa aksi ini murni dari masyarakat, tidak ditunggangi unsur politik maupun yang lainnya. “Mereka menuntut agar jalan di sini ini bisa hitam (aspal) atau paling tidak memang layak untuk dilalui,” jelasnya.

Bahkan pihaknya telah menahan beberapa mobil perusahaan yang hendak melintas sebagai jaminan. Apabila tidak ada juga dalam waktu dekat solusi yang diberikan oleh pemerintah. Bahkan aksi tersebut tetap akan dilaksanakan sampai batas waktu yang tak ditentukan.

“Sebelum ada respon dari pemerintah, aksi ini akan tetap dilaksanakan oleh masyarakat,” ungkapnya.

Ia juga tidak mempermasalahkan siapa yang akan memperbaiki jalan itu nantinya. Intinya warga berharap pimpinan tertinggi baik kabupaten, provinsi maupun pusat bisa memperhatikan daerah tertinggal, terpencil dan perbatasa.

“Karena daerah sini sungguh dekat dengan perbatasan, hanya lima jam. Kalau kita perbandingkan dengan perbatasan lain, sungguh miris perbatasan kita,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan, dari 8 perusahaan hanya ada satu perusahaan yang biasa membantu perbaikan. Hanya saja lima tahun terakhir ini pihak perusahaan tersebut juga sudah kurang aktif membantu.

“Semenjak sudah take over perusahaan tersebut sama sekali tidak ada. Sedangkan perusahaan lain, memang tidak ada penanganan sama sekali,” pungkasnya.