LINTASKAPUAS.COM-Sintang, Upacara peringatan hari jadi Kota Sintang yang ke 655 berlangsung di Stadion Baning menghadirkan Replika Burung Garuda Pancasila sebagai lambang keberagaman Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlangsung pada rabu kemarin
Bupati Sintang Jarot Wianarno mengatakan bahwa replika Burung Garuda yang di hadir dalam upacara peringatan hari jadi Kota Sintang ke – 655 karena merupakan Lambang Kerajaan Sintang.
“Sebagaimana Kita ketahui bahwa sejarahwan juga sudah membuktikan jika Lambang Negara Indonesia awal lahirnya dari sintang yang dirancang langsung oleh Putra terbaik kalimantan Barat yakni Sultan Hamid II.
Ia mengatakan bahwa Sultan Hamid II yang pertama kalinya menginisiasi Lambang Garuda Indonesia saat memenangi Syaembara lambang Negara yang diadakan oleh Presiden Soekarno karena alasan merasa perlu bagi Indonesia memiliki lambang negara setelah merdeka.
“Inspirasi lambang Garuda diperoleh Sultan Hamid II dari lambang kerajaan Sintang, sebuah kerajaan Hindu yang didirikan seorang Tokoh Hindu dari Semenanjung Melaka bernama Aji Melayu. Atas dasar ini lah kita hadirkan Replika Burung Garuda Ini dari Kerajaan Almukarramah Sintang.
Jarot Juga menyampaikan, melalui lambang burung Garuda sudah membuktikan bisa menampung keberagaman masyarakat kabupaten Sintang yang tercermin dari tata ruang pembangunannya, bentuk bangunannya dan ruang public yang bisa menampung keberagaman yang ada dikabupaten Sintang.
“karena sintang merupakan tempat lahirnya Lambang Keberagaman, diharapkan Kota Sintang Bisa Menjadi Zona Kebudayaan sebab kita sudah memiliki kearifan local yang sangat tinggi dengan harapan kota sintang bisa menjadi contoh kota yang menjunjung tinggi Keberagaman, “pungkas Jarot.
Sebelum pelaksanaan upacara peringatan hari jadi kota sintang, kerajaan/keraton istana al mukarrammah sintang terlebih dahulu menggelar ritual adat umpan benua berlangsung di pertemuan antara sungai kapuas dengan sungai melawi yang biasa disebut saka tiga yang mengandung mistis. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, saka tiga merupakan tempat atau kerajaan mahluk-mahluk mistis penunggu sungai yang konon berwujud naga atau disebut puaka.
Menurut kepercayaan sejak awal kerajaan sintang, ritual adat umpan benua bertujuan memberi makan atau sedekah terhadap mahluk yang diyakini menguasai sungai. Sesajennya berupa ayam panggang, rokok, beras, sirih, kue adat, dan beras kuning
Umpan benua adalah semacam pemberitahuan dari manusia yang hidup di alam dunia nyata kepada makhluk gaib. Ritual budaya digelar sebagai cara menghormati makhluk gaib ciptaan tuhan baik di sungai dan daratan.
Selain itu, untuk memeriahkan hari jadi kota sintang, ke 655 tersebut, pemerintah juga menggelar berbagai kegiatan lomba yang salah satu diantaranya lomba sampan hias tradisional yang di ikuti oleh 33 sampan tradisional yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat, pemerintah dan instansi BUMN/BUMD.