Budaya Kerja jangan Sekedar Slogan

0
1884
Upacara Hari Amal Bhakti (HAB) Kemenag ke-65 di Halaman Madrasyah Ibtidahiyah Negeri (MIN) Putussibau, Sabtu (3/1)
Upacara Hari Amal Bhakti (HAB) Kemenag ke-65 di Halaman Madrasyah Ibtidahiyah Negeri (MIN) Putussibau, Sabtu (3/1)

LINTASKAPUAS.COM,KAPUAS HULU-Upacara Hari Amal Bhakti (HAB) Kemenag ke-65 di Halaman Madrasyah Ibtidahiyah Negeri (MIN) Putussibau, Sabtu (3/1) Sekda Kapuas Hulu Ir. H.M Sukri meminta nilai budaya kerja tidak hanya sekedar slogan, tapi harus di implementasikan. Sehingga membawa perubahan mental bagi pelayanan birokrasi dan mewarnai wajah organisasi Kementerian Agama secara keseluruhan. “Kemenag memiliki motto “IkhlasBeramal” seyogyanya memainkan peran terdepan sebagai pelopor tegaknya kejujuran, ketulusan dan keikhlasan bekerja dalam setiap aktivitas keseharian. Kemenag harus siap menjalankan revolusi mental yang telah dicanangkan kepala negara. Untuk itu perilaku dan budaya kerja yang tidak dikehendaki dan disukai masyarakat harus ditinggalkan,” tegas Sukri.

Sukri yang di daulat sebagai inspektur upacara mengatakan, di dalam melayani masyarakat, jangan sekali-kali mempersulit hal-hal yang seharusnya dilakukan dengan mudah dan sederhana. Birokrasi yang baik dan ideal di era reformasi serta revolusi mental harus meninggalkan kultur “bapakisme”, yaitu segala hal tergantung pada atasan tanpa memberi ruang bagi berkembangnya gagasan dirinya.

 Yang perlu dibangun ialah loyalitas dan komitmen terhadap pembangunan akhlak dan moral yang berintikankejujuran. Menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Kemenag sangat penting, karena itu diharapkan semua bertutur, berprilaku dan bersikap yang baik dan melenyapkan ego sektoral, primordialisme kedaerahan, arogansi jabatan, sikap resisten terhadap kritik dan jauhi tindakan KKN.

“Seluruh jajaran Kemenag mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah harus peka terhadap berbagai hal yang dapat menurunkan kepercayaanmasyarakat terhadap institusi dan martabat kementerian ini. Menjaga kepercayaan masyarakat, semangat membimbing, memperbaiki dan mencegah terjadinya kesalahan harus tetap didahulukan dari pada menghukum,” ujar Sukri.