Bupati Ketapang Hadiri Acara Hari Ke-3 Peresmian Balai Kepatihan Jaga Pati

0
72

LINTASKAPUAS I KETAPANG,- Bupati Ketapang, Martin Rantan, SH.,M.Sos menghadiri acara Hari ke-3 peresmian Balai Kepatihan Jaga Pati di Jalan S.Parman, Gg. Kelapa Gading No. 21 Ketapang, Sabtu (04/05/2024).

Dalam sambutannya Bupati Ketapang, Martin Rantan mengatakan, bahwa sejarahnya ke belakang, Patih Jaga Pati ini, dianggap sebagai contoh Kerajaan Majapahit misalnya Rajanya Hayam Wuruk.

“Rajanya Hayam Wuruk itu Pak Petrus Singa Bansa. Tidak bisa dibantah bahwa Pak Petrus Singa Bansa itu adalah rajanya. Sedangkan Maha Patih Gajah Mada itu adalah Alexander Wilyo. Jadi beliau adalah perdana menterinya. Kalau Petrus Singa Bansa adalah rajanya,” katanya.

“Jadi wajar saja kalau seorang Patih berada di Ketapang ini untuk menyatukan masyarakat atau menyatukan umat-umat yang ada,” timpalnya.

Martin mengakui, sudah menugaskan Sekda dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk merehab rumah Raja Hulu Aik, yang berada di Sengkuang, dan nanti akan diresmikan pada adat Meruba, Juni mendatang yang mana dananya berasal dari hibah Pemerintah Daerah Kabupaten Ketapang.

Bupati Ketapang juga mengisahkan bahwa Raja Hulu Air juga sudah melakukan pembangunan atau penanaman Tugu Tolak Bala sehingga sampai sekarang di Ketapang tidak pernah terjadi konflik etnis.

“Ini karena kita semuanya saling menjaga. Oleh sebab itu, kita mendirikan tugu tolak bala, diprakarsai oleh Pastor Mateus Juli dan Lorensius Majun, Wakil Bupati Ketapang sebagai pemangku Tugu Tolak Bala. Dan saat ini, Tugu Tolak Bala sudah diserahkan kepada Dewan Adat Dayak untuk memeliharanya. Tetapi Raja Hulu Aik waktu itu belum punya Patih, belum punya orang yang bisa membantu,” terangnya.

“Dengan dipanggilnya Pak Alex ini menjadi Patih Jaga Pati, maka beliau mengorbankan dirinya, mengorbankan kemampuannya, bahkan mengorbankan segala sesuatu yang ada padanya untuk mendirikan Balai Kepatihan ini. Untuk itu, saya ucapkan selamat dan sukses kepada Raja Hulu Aik dan Patih Jaga Pati atas berdirinya rumah besar jurung tinggi ini,” ucapnya.

Pada kesempat tersebut, Martin juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh paguyuban yang hadir.

“Pesan saya, mari kita jaga Kabupaten Ketapang ini dengan baik, apalagi, tidak lama lagi kita akan mengadakan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung,” ajaknya.

Lanjutnya, Ketapang ini, hampir semua suku pernah menjadi Bupati Ketapang, kecuali Tionghoa dan Batak. Yang sudah pernah yakni dari suku Jawa, dari Melayu, dari suku Madura, sesudah itu ada dari suku Dayak. Artinya, siapapun yang menjadi Bupati Ketapang ini, masyarakat tetap aman, tentram, tidak pernah ada gejolak.

“Walaupun dengan suasana politik yang makin memanas, hendaknya masyarakat bisa menahan diri. Kalau ada hal-hal yang berkaitan dengan etnis, jangan terlalu dikembang terlalu tinggi. Kembalikan keributan itu berkaitan dengan orang per orang, in person, tidak banyak-banyak orang,” tegasnya.

“Sekali lagi, saya ucapkan selamat kepada Raja Hulu Air dan Patihnya. Mudah-mudahan Pak Alex ini dengan bada besar tegap ini bisa menyatukan masyarakat Kabupaten Ketapang, bahkan bisa menyatukan masyarakat di luar Kabupaten Ketapang, Kalteng, Sanggau dan sebagainya. Karen tidak semua orang yang mau terpanggil untuk hal ini,” pungkasnya.

(Ags)