Dusun Sungai Tembaga Masih Terisolir

0
1770
Salah satu ruas jalan di dusun sungai Tembaga yang mengalami kerusakan cukup parah
Salah satu ruas jalan di dusun sungai Tembaga yang mengalami kerusakan cukup parah

PUTUSSIBAU—Dusun Sungai Tembaga desa Tintin Peninjau masih terisolir, jaringan telekomunikasi dan jalan di daerah tersebut masih sangat terbatas. Untuk itu masyarakat dusun sungai tembaga sangat berharap ada pembangunan tower agar jaringan telekomunikasi bisa lancar. Demikian juga dengan pembangunan jalan guna mendukung kelancara mobilisasi masyarakat dan angkutan barang.

“Di kecamatan badau masih ada sejumlah desa yang masuk dalam kategori area blank spot (tanpa jaringan telekomunikasi). Salah satu kawasan blank spot adalah Desa Tin Ting Peninjau. Ada empat dusun yang susah mendapatkan sinyal telekomunikasi, dusun Sungai Tembaga, dusun Empaik, dusun Sungai Telian dan Martanjung,” ujar Aris, warga dusun Sungai Tembaga, Kamis (21/1) siang kemarin.

Dikatakan Aris, sejak tahun 2009 tinggal di dusun Sungai Tembaga belum ada sinyal telekomunikasi yang dapat ditangkap handphone warga. Apabila ingin menghubungi keluarga diluar kecamatan, warga harus naik bukit. “Kalau keadaan penting susah ngehubungi keluarga. Selama ini kami naik bukit baru bisa nelpon. Itu pun jarang ada sinyal, malah jaringan malaysia yang masuk,” ungkap Aris.

Warga dusun Sungai Tembaga pernah memiliki rencana mengusulkan pembangunan tower, cuma tidak mengerti bagaimana prosedurnya. “Kami minta Pemda bisa bangunkan tower, supaya ada bisa nelpon. Kami dari masyarakat tetap mendukung untuk membangun tower, menghibahkan tanah juga masyarakat mau, yang penting bagi kami akses komunikasi masyarakat bisa lancar” tutur Aris.

Dikatakannya, selain tidak ada jaringan telokomunikasi, masalah jalan juga menjadi masalah serius bagi warga dusun Tembaga. “Jalan di dusun kami ini rusak berat. Kami berharap pemerintah bisa perbaikinya. Kondisi yang sering hujan di Kapuas Hulu membuat kerusakan jalan semakin parah. Masyarakat sudah kesal dengan jalan yang dibiarkan rusak begitu saja oleh Pemerintah,” paparnya.

Menurutnya, masyarakat masih bersabar karena masih ada jalur alternatif dengan melewati jalan perkebunan sawit. “Kami hanya gunakan jalan sawit, karena jalan yang rusak tidak juga diperbaiki. Kalau presiden datang kemaren dia bisa lihat sendiri masalahnya, kemudian masyarakat pun bisa menilai serius atau tidak Pemerintah Indonesia saat ini membangun perbatasan,” tutup Aris