Ekonomi Petani Karet, “Lebih Besar Pasak Dari Tiang”

0
2140
Istimewa
Istimewa

LINTASKAPUAS.COM-SINTANG, Anjloknya harga karet belakangan ini cukup meresahkan masyarakat khususnya petani karena Petani karet dikabupaten sintang, pasalnya harga karet terus menurun, namun sejumlah kebutuhan pokok terus naik. Ibarat pepatah “Lebih Besar Pasak Dari Tiang” kondisi tersebut cukup membebani masyarakat.

“Bayangkan saja, harga karet dari Rp 6 ribu yang nilainya sudah tidak tercukupi, malah  turun menjadi Rp 4 ribu dan kadang Rp 3 ribu per kilogram,” kata Sumardi, Petani karet asal kecamatan ketungau tengah , Rabu (22/10).

Sumardi mengatakan, dirinya beserta petani karet di desa itu terpaksa terus menyadap karet meski  harga ditingkat pengumpul jauh menurun dibanding harga sebelumnya.“Mau bagaimana lagi, terpaksa kami terus menyadap karet meski  harganya turun karena mata pencaharian sehari-hari hanya diperoleh dari hasil penjualan karet,” katanya.

ia juga meminta pihak terkait terutama para wakil rakyat agar bisa memerhatikan nasib petani. Demikian pula dengan pemerintah.“Jangan mereka perlu masyarakat saat mau Pileg, Pilkada, dan Pilpres saja. Mereka datang dengan setumpuk janji, tapi sekarang malah sibuk dengan jabatan,” kesalnya.

Terus terang saja, ungkap dia,  yang juga petani karet, banyak keluhan petani karet yang jumlahnya ribuan orang bergantung dengan hasil jual getah karet.

Hal serupa dirasakan   Lani (45) warga Desa perembang Kecamatan Sungai Tebelian Sintang. Semenjak harga kulat tembus Rp 5000 terpaksa   beralih  sebagai penjual sayur agar biaya hidup tercukupi.

Padahal saat harga karet agak  mahal, untuk menghidupi dua anaknya, Lani menggantungkan hidupnya dari menoreh karet. Dalam satun hari  mampu menghasilkan getah karet rata-rata 30 kilogram. “Kalau harga stabil Rp 8 ribu saja, penghasilan kami mampu Rp 240 ribu.  Tapi  sekarang hanya  Rp 150 ribu, itupun kalau kondisi terang. Kalau kondisi hujan kami tak dapat noreh,” katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan sekolah kedua anaknya, Lani terpaksa berjualan sayur mengelilingi kampung. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, tidak jarang ia berjualan hingga Kecamatan Kayan Hilir. “Pemerintah mestinya bisa mengawasi mengapa harga karet semakin turun,” pungkasnya.(Hery Lingga)