
LINTASKAPUAS.COM,SINTANG – “Gara-gara batu, banyak yang becerai dengan bini,”. Itulah bahasa yang lazim keluar dari mulut para penggila batu akik. Ungkapan itu hanyalah kiasan belaka. Sebab, para penggila batu kerap `lupa diri ketika melihat kilau batu akik di pasaran.
Ungkapan itu diakui Toni, salah satu penjual batu akik asal Pontianak yang berjualan ke Bumi Senentang. Ia mengatakan, kegilaan pada batu membuat dirinya tak hanya menjadi `pemburu`, tetapi juga penjual batu. “Kenapa ada ungkapan itu, karena para suami lebih memilih ngasah batu ketimbang masuk kelambu. Kalau udah suka batu, tak terase duet untuk beli beras abes,” kelakar pria 31 tahun ini.
Pria yang sehari-hari keliling sejumlah kabupaten di Kalbar ini tergolong maniak batu. Bagimana tidak, sejumlah anggota tubuhnya dipasang aksesoris cincin dan kalung, semuanya menggunakan batu. “Ditangan kanan saye nih Zamrud Kolumbia, dicincin kiri Rubi Delima. Kalau yang saya jadikan mata kalung nih Akik Sulaiman,” bebernya.
Toni mengaku sudah lima tahun dia menjadi penggila batu. Awalnya dia menganggap hobi batu hanya mengada-ada saja. Belakangan setelah dia mulai menggemari batu dia baru menyadari dampak dari kegilaannya itu. Tanpa sadar dompetnya menipis karena sedikit demi sedikit terkuras untuk membeli batu.
Namun dia tak kehilangan akal. Dia memilih menjadi penjual batu sembari menyalurkan hobi dan memperoleh penghasilan.” Hobi batu sekarang menggila, masyarakat biasa hingga pejabat semuanya gila batu. Termasuk juga kalangan pelajar tanpa terbatas gender,” ungkapnya.
Mengenai harga batu yang dijualnya, menurut Toni bervariasi. Tergantung jenis, ukuran dan model batu yang dijual. “Kalau batu model bacan memang agak mahal, bisa jutaan rupiah. Ada juga yang harganya puluhan ribu saja. Semuanya tergantung kesepakatan pembeli dan penjual,” bebernya.
Mengenai kepercayaan sejumlah penggila batu terkait aura dari cincin yang dipakai, Toni mengatakan hal itu kembali ke pribadi masing-masing. “Tapi saran saya, kalau suka batu ya pakai saja. Ndak usah dikaitkan dengan ini dan itu,” sarannya.
Ketika ditanya mengenai daya tahan batu cincin, menurutnya sangat lama. Batu cincin juga tidak memerlukan perawatan khusus. “Yang penting jangan sampai terbentur sesuatu, kan bisa pecah,” katanya.
Andi, warga Sintang mengaku dirinya menyukai batu sejak tahun 2007 jauh sebelum booming. Koleksi batunya bahkan cukup banyak. “Ada tujuh sampai delapan jenis batu yang saya punya, modelnya bervariasi. Soalnya harganya, menyesuaikan kantong,” katanya.
Ia mengaku, memakai batu cincin membuat dirinya merasa mempunyai wibawa dan percaya diri. “Kalau saya keluar rumah tanpa cincin, rasanya beda. Tak jarang saya balik lagi kalau tidak pakai,” katanya.