LINTASKAPUAS.COM, SINTANG – 100 orang penulis Kalbar akan tercatat dalam rekor MURI sebagai penulis buku tercepat. Satu dari 100 orang tersebut adalah penulis muda asal Sintang, Dian Findhiani Eka Hadi Lestari. Hasil karya mereka akan di-launching serentak di Pontianak Mei mendatang.
——————-
Sekilas, tak ada yang spesial dari perempuan kelahiran 18 Agustus ini. Sama seperti remaja kebanyakan, kegiatan sehari-harinya juga disibukkan dengan aktivitas kuliah. Namun siapa sangka, diusianya yang baru 19 tahun, ia cukup produktif menulis buku. Sudah lima buku dihasilkan mahasiswi IAIN Pontianak ini selama dua tahun. “Saya aktif menulis buku saat kuliah. Saya bergabung dengan klub menulis di kampus,” katanya pada Lintaskapuas, Sabtu (5/3).
Mahasiswi semester 4 ini menceritakan awal mula dirinya dan 99 penulis Kalbar menjadi penulis buku tercepat. Menurutnya, semua itu bermula dari tantangan Walikota Pontianak, Sutarmidji. “Awalnya, Pak Walikota menantang Direktur forum menulis kami (Forum Indonesia Menulis-red). Beliau bilang, mampu ndak kamu mencetak 100 penulis terbaik. Akhirnya, tantangan itu dijawab dengan launching 100 buku serentak Mei nanti,” katanya.
Makanya, kemudian digodok kegiatan sekolah menulis. Selama 10 minggu sekolah menulis, masing-masing harus menyelesaikan satu buku. “Makanya termasuk dalam rekor MURI, karena penulis handal sekalipun belum tentu mampu. Kami dituntut seperti itu dan mampu menyelesaikannya,” katanya bangga. “Dalam periode itu, kami juga haruskan membaca banyak buku. Saya sendiri membaca 5 buku sampai habis selama seminggu,” kata mahasiswi Semester 4 ini.
Pendeknya rentang waktu membaca buku membuat waktu yang ada dimanfaatkan semaksimal mungkin. “Selain kuliah dan beribadah, kerjaan lain kita ya baca buku. Bisa dibilang, ibadah kedua adalah baca buku,” ucapnya.
Dian mengatakan, bukunya yang akan launching bersama nanti berjudul Berlian Seribu Karat (Kisah-Kisah Inspiratif Islam). Buku tersebut memuat cerita tentang Hijrah. “Mengumpulkan idenya hampir satu tahun. Saya menulisnya 2,5 minggu. Ngetiknya pinjam laptop teman. Karena laptop saya sedang rusak,” bebernya.
Cerita tentang hijrah, kata Dian, tak hanya memuat pengalaman pribadi. Tetapi juga beberapa temannya. “Mereka saya wawancarai satu-satu pengalaman mereka tentang hijrah. Mereka memperbolehkan dengan syarat identitasnya disamarkan,” jelasnya.
Sulung dari 6 bersaudara ini mengatakan, dari 5 buku yang dihasilkannya, 2 diantaranya sudah launching di kampus dan 1 diluar kampus. Sekarang dirinya sedang menulis buku tentang Pramuka. “Saya suka pramuka. Buku yang saya buat nanti memuat sudut pandang berbeda. Karena, kesan pramuka selama ini lebih ke fisik. Katanya pramuka itu membuat kulit hitam, dekil, ini dan itu. Pandangan negatif orang yang tidak tahu tentang pramuka ini yang ingin saya ubah melalui buku saya,” sambungnya.
Keinginan mengubah stigma negatif pramuka melalui buku bukannya tanpa alasan. Karena berdasarkan pengalaman pribadi, kegiatan pramuka sesungguhnya bisa bermanfaat untuk orang lain. “Contohnya ketika kami ke Leboyan, Kapuas Hulu. Melalui pramuka, kami membantu sejumlah aktivitas masyarakat. Seperti memperbaiki ruang kelas dan sejumlah kegiatan lainnya,” jelasnya.
“Nanti, melalui buku dengan judul Nine Day ini Lake Leboyan, saya ingin mengajak orang suka dengan pramuka tetapi secara tidak langsung,” katanya.
Buku pertama yang ditulisnya adalah Sekolah Tempo Dulu. Buku tersebut dibuat bersama teman-temanya kemudian dijadikan satu. Buku kedua Pesantren Kilat. Isinya tentang 1 Day 1 Juzz. Buku ketiga Untian Sajak Sebuah Pena (sudah dipublikasikan di kampus-red). Buku keempat Filsafat Pendidikan Islam dan kelima Berlian Seribu Karat (Kisah-Kisah Inspiratif Islam).
Berdakwah Lewat Tulisan
Alumni SMAN 4 Sintang ini juga menyampaikan alasan dirinya menyukai dunia tulis menulis. Menurut Dian, dirinya ingin berdakwah tak hanya melalui lisan, tetapi juga lewat tulisan. “Berdakwah dengan lisan tanpa dikuatkan dengan tulisan sekarang agak berat. Karena, berat mengubah orang kalau kita sendiri belum berubah. Tapi kalau sudah ada contohnya atau tekstual, kita tidak perlu banyak ngomong lagi. Cukup dengan baca buku kita, orang sudah paham,” katanya.
Dengan menulis, putri pasangan Nurdin dan Hamsiah ini berharap bukunya bisa menginprirasi orang lain untuk berubah lebih baik lagi. Karena menurut dia, menulis bukan bakat. Karena sejak sekolah sudah menulis. “Jadi, menulis itu suatu keharusan. Mengingat status saya saat ini, saya meyakinkan diri ingin dakwah lewat menulis,” tegasnya.
Ia mengaku, idolanya menulis cukup banyak. Mulai dari Asma Nadia, Oki Setiana Dewi, Andrea Hirata hingga ayahnya sendiri. “Makanya, selain ingin menginspirasi lewat tulisan, saya ingin buku saya difilmkan. Sekarang sedang membuat naskah untuk film pendek untuk bulan Ramadan,” bebernya.(yusrizal)