
SINTANG-Media sosial Sintang beberapa hari terakhir heboh soal kabar ditemukannya beras bercampur plastik. Kejadian itu dialami oleh Kusnidar, Camat Binjai Hilir. Hal tersebut kemudian diposting di facebook-nya 29 Agustus lalu.
Di dinding facebook-nya tersebut, juga dilampirkan beras yang bercampur plastik yang dimaksud. Bentuknya bulat putih, berbeda dengan beras kebanyakan. Kusnidar juga menampilkan foto pengujian beras plastik dengan media air dan tampak mengapung.
Mengutip dari percapakan dengan netizen lain, Kusnidar mengatakan beras plastik ditemukan ketika hendak memasak di kantor camat Binjai Hulu. Beras yang bercampur plastik merk-nya DUA IKAN HIU, karungnya berwarna kuning dan bertuliskan CV Agro Abadi. “Masalah ini sudah saya laporkan ke Polsek,” kata Kusnidar.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Sintang, Sudirman mengaku pihaknya belum menerima laporan mengenai temuan beras plastik di Binjai. “Saya sudah tahu informasi ini di media sosial, tapi belum menerima laporan langsung dari masyarakat atau pihak kecamatan,” katanya.
Meski demikian, kata Sudirman, pihaknya tetap merespon informasi itu dengan mengirim tim ke lapangan untuk mengecek informasi tersebut. Sekaligus mengambil sample beras yang dimaksud. “Hasilnya baru bisa diketahui setelah uji laboratorium,” katanya.
Jika beras tersebut terbukti mengandung plastik, kata Sudirman, pihaknya akan memanggil distributor maupun pengecer. Guna mengetahui asal usul beras plastik itu. “Tapi, terlepas apapun hasil uji lab, kami tetap akan mengecek dari mana sumber beras yang beredar itu,” katanya.
Sudirman mengklaim pemerintah sudah mengantisipasi peredaran beras plastik. Salah satunya dengan melakukan pengawasan rutin ke lapangan. “Ini kejadian kedua kali, pertama kali ditemukan di Pandan. Tapi setelah dicek, tidak terbukti,” katanya.
Ketua Komisi A DPRD Sintang, Syahroni meminta pihak terkait baik itu pemerintah maupun pihak kepolisian menelusuri kabar ditemukannya beras yang mengandung plastik di Binjai.
“Karena secara logika, ndak mungkin orang ingin memperberat timbangan tapi hanya memasukan plastik yang jumlahnya tidak signifikan. Ini yang harus ditelusuri motifnya. Apakah disengaja atau tidak,” tegasnya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan turun ke lapangan. Jangan sampai, masyarakat yang resah, tidak mengetahui kabar sesungguhnya. “Apalagi, beras yang bercampur plastik sangat berbahaya jika dikonsumsi manusia. Makanya pemerintah dan polisi harus bertindak,” tegasnya.