Kelola Uang Milyaran Rupiah, Rumah Bea Cukai Tak Terawat

0
2152
: Komplek perumahan bea dan cukai terlihat penuh semak karena tidak di tempati lantaran tidak ada jaringan listrik dan air bersih
: Komplek perumahan bea dan cukai terlihat penuh semak karena tidak di tempati lantaran tidak ada jaringan listrik dan air bersih

LINTASKAPUAS.COM,NANGA BADAU—Sedikitnya ada 15 unit rumah dinas yang dibangun pemerintah pusat melalui PLB Entikong pada tahun 2006 untuk pegawai di lingkungan KPPBC (kantor pengawasan , pelayanan bea dan cukai) tife pratama nanga badau tak terawat dan di tumbuhi semak belukar. Itu terjadi lantaran belum tersedianya jaringan listrik dan air bersih dan di rencanakan ditempati dalam waktu dekat ini.

“Rumah dinas itu memang belum di tempati pegawai bea cukai karena belum adanya listrik dan air bersih. Komplek perumahan bea cukai ini dibangun tahun 2006 dan selesai tahun 2007. Baru kami tempati tahun Juni 2013 lalu,” tutur Fungki Awaludin, Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tife Pratama Nanga Badau, ketika ditemui sejumlah wartawan di rumah dinasnya, Rabu (21/1) kemarin.

Rumah itu idealnya untuk 15 orang pegawai bea dan cukai, karena pegawai bea cukai masih sedikit, maka seluruh pegawai menempati rumah dinas kepala bea cukai. “Pegawai bea cukai ada 10 orang, 11 orang dengan saya. Kami semua tinggal satu rumah,” terang Fungki. Karena tidak ada listrik dan air bersih, pihaknya akan membangun sumur bor, sehingga tak mengandalkan air hujan dan sungai.

Kendati pegawai terbatas, Fungki mengaku pelayanan bea cukai di PPLB Nanga Badau tak terganggu, karena volumenya masih sangat rendah. Dalam satu hari bea cukai hanya melayani satu dokumen ekspor CPO dari perusahaan perkebunan kelapa sawit. Satu dokumen memuat 200 ton CPO dengan angkutann 6-7 truk setiap hari, atau tergantung kontrak perusahaan dengan investor dari Malaysia.

Dikatakannya, dari ekspor CPO tersebut penerimaan pajak pemerintah dari penarikan bea dan cukai sebesar Rp 250 juta/hari, ini belum termasuk penerimaan devisa negara. “Saat ini penerimaan pajak negara masih nol persen, karena harga CPO dunia masih turun. Semakin tinggi harga CPO duni maka semakin tinggi pula penerimaan bea dan cukai. Untuk devisa negara tetap berjalan,” terang Fungki.

Dijelaskannya, target penerimaan pada tahun 2014 sebesar Rp 20 milyar, namun melampaui target hingga Rp 36.5 milyar ditambah Rp 2.5 milyar bea masuk. Untuk tahun 2015 ini penerimaan pajak di targetkan Rp 50 milyar. “Mudah-mudahan bisa tercapai. Kami berharap harga CPO dunia naik terus, sehingga ada penerimaan pajak, karena kalau harga CPO turun penerimaannya nol,” jelasnya.