Melestarikan Tenun Ikat Melalui Festival

0
1512
Pembukaan Festival dan Perlombaan tenun ikat Dayak ke XII tahun 2014  di Rumah Betang Kobus
Pembukaan Festival dan Perlombaan tenun ikat Dayak ke XII tahun 2014 di Rumah Betang Kobus

LINTASKAPUAS.COM,SINTANG-Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Yayasan Kobus dan Koperasi Jasa Menenun Mandiri mengggelar festival dan perlombaan tenun ikat Dayak ke- XII tahun 2014. Kegiatan tersebut merupakan upaya untuk melestarikan kebudayaan lokal yang ada sejak zaman dahulu. Sekaligus memerkenalkannya kepada generasi penerus bangsa agar tidak punah.

Asisten II Setda Kabupaten Sintang, Hotler Panjaitan mengatakan, tenun ikat Sintang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat baik lokal, nasional hingga dunia internasional. “Tenun ikat Sintang juga sudah mewakili negeri ini karena berhasil masuk dalam koleksi museum di Amsterdam yang mengoleksi tenun ikat di seluruh dunia. Hal itu karena tenun ikat kita punya keistimewaan tersendiri, lewat motif dan proses pembuatanya,” ujar Hotler saat membuka acara Festival dan lomba Tenun Ikat dayak bertempat di rumah Betang Centra Cobus Sintang, Selasa, (18/11).

Dalam kesempatan tersebut, Hotler mewakili pemerintah menyatakan sangat mengapreasiasi upayak Yayasan Kobus dan Koperasi Jasa Menenun Mandiri Sintang yang sejak lama memberikan perhatian pada upaya pelestarian tenun ikat Sintang yang hampir punah. ” Lembaga ini sangat berperan melestarikan tenun ikat Sintang sehingga sudah dikenal luas di nasional dan internasional,” katanya.
Ia mengatakan, selain harus ada regenerasi penenun, juga kalau bisa ada motif baru hasil kreasi penenun disesuaikan dengan perkembangan zaman. “Kain tenun ikat Sintang ini disertai dengan cerita dari motif yang dibuat dan ini yang membuatnya menjadi unik, harapan saya catatan cerita dari motif kain ini bisa terhimpun dengan baik,” imbuhnya.

Menurunya, kerajinan tenun ikat Sintang sudah turut membantu menggerakkan perekonomian rakyat berbasis industri rumah tangga. ” Lewat kegiatan ini, ibu-ibu penenun saat ini sudah bisa mandiri,” katanya.
Bahkan ia menilai, kerajinan tangan baik tenunan maupun anyaman bisa ada di tiap rumah penduduk. Pasalnya, tenun ikat ini merupakan objek utama pariwisata dan kebudayaan. “Menenun atau menganyam bisa jadi pilihan yang bisa dilakukan di rumah, ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga,” imbuhnya.
Ketua Panitia Festival dan Perlombaan tenun ikat Dayak ke XII tahun 2014, Tugiman mengatakan, acara itu dilaksanakan sebagai wujud konkrit dalam pelestarian seni budaya asli Sintang khususnya tenun ikat. “Juga sekaligus sebagai media promosi kebudayaan bagi pengrajin merupakan motivasi untuk terus melestarikan dan meningkatkan kualitas tenunannya,” jelasnya.
Ia mengatakan, Koperasi Jasa Menenun Mandiri yang selama lima tahun terakhir intensif membina dan mengembangkan tenun ikat di Sintang juga telah berhasil mendapatkan penghargaan Upakarti dan Presiden RI. “Tentunya ini prestasi yang patut dibanggakan dan akan terus kita tingkatkan,” katanya.
Menurutnya, kendala dalam melestarikan tenun ikat Sintang terutama adalah pemenuhan kebutuhan untuk pewarna alami meskipun saat ini sudah ada perawana kimia yang bisa digunakan penenun. ” Pewarna alami ini lebih khas dan kami sedang berupaya untuk melakukan budidaya tumbuhan pewarna alami ini dan tentunya ini butuh dukungan semua pihak termasuk pemerintah daerah,” tuturnya.
Kegiatan ini juga memperlombakan pembuatan minuman khas dayak dan fashion show pakaian adat dayak. Yang mana untuk festival kain tenun diikuti oleh 86 peserta, anyaman 16 peserta dan kreasi minuman khas dayak 20 peserta dari berbagai desa yang terdapat di Kabupaten Sintang. Dan Kegiatan tersebut menarik perhatian sejumlah wisatawan dari luar negeri yakni turis dari belanda dan malaysia, adapun yayasan dari jakarta. Mereka datang khusus untuk menyaksikan kegiatan tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sintang, Senen Maryono, mengatakan, pihaknya akan terus berupaya keras agar tenun ikat ini dapat berkembang dan menarik minat generasi muda untuk melestarikannya. ” Upaya kita melalui berbagai promosi dan mengikuti beberapa event nasional dan international,” katanya.
Selain itu, pihaknya akan mencoba berkoordinasi dengan dinas pendidikan untuk mengkaji bersama, agar tenun dapat masuk kedalam materi maupun pratek mata pelajaran muatan lokal di tiap sekolah.(hery lingga)