LINTASKAPUAS.COM-SINTANG, Seorang guru Olahraga SD 14 Desa Mengkurai Sintang, Saiful terpaksa menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Ade M Djoen Sintang setelah dihajar oleh orang tua Siswa yang beinisal Np hingga babak belur.
Peristiwa orang tua siswa menghakimi Guru Olahraga tersebut terjadi pada, jumat yang lalu (13/5) akibatnya korban tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar dan baru terungkap setelah Korban menjalani perawatan dirumah sakit selama satu minggu.
Dengan adanya informasi tersebut, sejumlah awak media mencoba melakukan croscek langsung kepada Kepala Sekolah SD Negeri 14, Agus Nani dan membenarkan kejadian tersebut.
“Ya, memang benar. Kejadiannya jumat yang lalu (13/5), di alami Pak Syiful. sejak kejadian itu, sudah seminggu ini yang bersangkutan tidak masuk karena sakit, karena di bebera bagian tubuhnya mengalami memar,”katanya saat di temui di kediamannya, Selasa (31/5).
Nani menjelakan bahwa Saiful merupakan guru yang menajar mata pelajaran olahraga di Kelas 3 SDN 14 Mengkurai. Dalam kesempatan tersebut korban sedang memberikan pelajaran teori olahraga di dalam kelas.
Saat proses belajar mengajar sedang berlangsung, Saiful(korban-Red) menyuruh seorang siswi inisial NP itu, untuk membaca teori olahraga. “Namun siswi tersebut belum bisa membaca sehingga Saiful memberi sanksi pada anak itu, dengan menyuruhnya push up,” ucap Nani.
Saat di suruh push up, lanjut Nani, siswa yang bersangkutan tak bisa melakukannya dengan sempurna. Akhirnya Saiful memanggil seorang siswa lain yang bisa push up untuk mengajari.
Melihat itu, sang guru olahraga ini pun mencoba membenarkan posisi push up siswi tersebut dengan menekan pinggul yang bersangkutan. Namun tetap juga tidak bisa. akhirnya hukuman dibatalkan dan pelajaran dilanjutkan.
Entah bagaimana ceritanya, lanjut Nani, informasi yang berkembang dari mulut-kemulut ada seorang siswa lain yang duduk di kelas empat, melapor ke orang tua NP, bahwa NP, telah di hukum oleh saiful dengan cara yang tak wajar.
“Saya sudah menayakan ke NP (murid yang di hukum Syaipul) bagaimana dia di hukum. Namun anank itu menjawab, hanya di suruh push up. Namun murid yang melaporkan ke orang tua NP, tersebut melapor, bahwa NP ini di tempeleng. Dan saya tanya lagi ke NP apakah memang demikian. NP mengatakan tidak ada, bahkan NP sendiri sehat-sehat saja, dan masih bersekolah seperti biasanya, sementa siswa yang melapor itu, saya tanya juga, dia mengaku hanya mendengar dari mulut ke mulut temannya,”katanya.
Menegarai kejadian itu, di akui Nani, pihaknya beserta komite sekolah sudah melakukan mediasi untuk di selesaikan secara kekeluargaan.
“Kita sudah panggil yang bersangkutan. Dan sudah mengkroscek penyebab permasalahannya. Namun memang dalam mediasi, yang bersangkutan (pelaku) nampaknya seolah tidak punya itikad untuk berdamai. hanya beberapa kularganya yang turut hadir meminta maaf,”pungkasnya.
terpisah, Ketua PGRI Kabupaten Sintang, Usman Hadi. saat dihubungi, juga sudah mengetahui peristiwa penganiayaan orangtua siswa terhadap guru SDN 14 Mengkurai itu. “Saya lihat badannya (korban) masih bengkak di bagian belakang, bahu dan tangannya,” ungkap Usman.
Dia menyesalkan atas tindakan orangtua yang seolah main hakim sendiri, pihaknya pun akan mendampingi Syaiful agar kasus tersebut di selesaikan secara hukum. Bahkan laporan dugaan penganiayaan terhadap guru di SD 14 mengkurai itu sudah di laporkan ke Polres Sintang pada Rabu pekan lalu.
Alasan pelaporan dugaan penganiayaan yang menimpa syaiful yaitu kata Usman, lantaran persoalan ini menyangkut keselamatan semua guru.
“Kalau masyarakatnya begini, sekolah ini terancam tutup. Tidak ada guru yang berani mengajar di sana nanti. Sebab keamanan guru terancam,” katanya.
Kasat Reskrim Polres Sintang, AKP Syamsul Bakri saat di konfirmasi mengatakan sudah menerima laporan yang di sampaikan oleh pihak PGRI terkait kasus penganiayaan guru tersebut.
“Kita sudah terima laoprannya. Dan saat ini masih kita dalami dengan memeriksa saksi-saksi, dan masih menuggu hasil fisum korban,”tandasnya.
Mendengar Informasi tersebut, Bambang, salah satu guru di Kabupaten sintang mengaku prihatin terhadap tindakan main Hakim sendiri yang dilakukan oleh salah satu orang tua Siswa terhadap Guru Olahraga SD Negeri 14 mengkurai tersebut.
Menurutnya, hal seperti itu sebenarnya tak boleh terjadi. “Kalau memang anak-anak mau di didik di sekolah, saya berharap, semua masyarakat harus percaya dengan guru, dan jangan main hakim sendiri,”katanya.
ia juga menyampaikan terkait dengan ‘HAM’, menurutknya akan menjadikan generasi muda penerus Bansa di Indonesia ini menjadi manja dan durhaka terhadap orang tuanya. “harusnya, jika memang guru yang salah dalam mendidik, mestinya di proses melalui aturan yang benar,”pungkasnya.