Padahal Tidak Jauh dari Kota Sintang
LINTASKAPUAS.COM,SINTANG-Indonesia memang sudah merdeka puluhan tahun lalu. Tapi bicara pembangunan, banyak daerah di Bumi Senentang belum merasakan nikmatnya kemerdekaan itu. Salah satunya Sungai Rambai Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Sintang.
Kampung yang tidak jauh dari kota Sintang ini hingga sekarang masih gelap gulita. Ketiadaan `tali api` diperparah dengan tidak tersedianya infrastruktur jalan yang layak. Akibatnya, warga terpaksa menggunakan jalur sungai sebagai alternatif transportasi.
Sungai Rambai adalah salah satu potret kegagalan pemerintah memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar masyarakat. Padahal, jarak kantor Bupati Sintang dengan daerah tersebut bisa dijangkau dalam hitungan menit. Pemangku kepentingan di daerah ini seperti `buta tuli` dengan kondisi masyarakat disana. Pemerintah terkesan lebih peduli dengan `jatah` proyek yang masuk kantong pribadi dan kroni ketimbang merealisasikan pembangunan hingga ke kampung-kampung.
Mirisnya lagi, meski Sungai Rambai kerap dijadikan komoditas politik caleg dan calon bupati yang `cari muka` dengan masyarakat, pembangunan di kampong tersebut tetap terlupakan. Janji yang ditebar para caleg hanya manis dimulut. Ketika duduk dikursi empuk lupa untuk menjenguk. `Kue` pembangunan yang diharapkan masyarakat dengan datangnya para caleg, menguap begitu saja.
“Kalau musim Pemilu, banyak caleg yang datang ke kampong kami. Sebagian besar menjanjikan akan memperbaiki jalan dan menghadirkan listrik. Sampai sekarang, kami masih pakai pelita, jalan ke daerah kami juga hancur lebur. Jangankan mobil, pakai motor saja kepayahan,” kata Maryana, warga Sungai Rambai (2/2) lalu.
Maryana menceritakan, kampungnya pernah memilih caleg hingga duduk menjadi wakil rakyat. Caleg yang dimaksud bahkan terpilih menjadi anggota DPRD Sintang dua periode berturut-turut. “Meski kami pilih dia, kampong kami gini-gini aja,” kata.
Ia mengaku heran mengapa pemerintah tidak bisa merealisasikan pembangunan di kampungnya. Contohnya memenuhi kebutuhan listrik. Padahal, desa terdekat yang sudah mempunyai jaringan listrik hanya berjarak lima kilometer saja. “Jarak Sungai Rambai dengan Sungai Mawang hanya 5 kilometer. Mereka sudah punya listrik, kampong lain sekitar kami juga terang benderang. Mengapa kampong kami tetap gelap gulita?,” tanya dia.
Karena listrik nihil, warga terpaksa mengandalkan pelita maupun lilin untuk penerangan dimalam hari. Bagi keluarga yang ekomoninya lumayan mampu, mereka menggunakan genset. “Kami beli genset karena kebutuhan. Bukan untuk gaya-gayaan. Kasian anak yang ingin mendapatkan hiburan, untuk menonton TV saja susah,” katanya.
Menurutnya, untuk menjangkau Sungai Rambai tidak sulit. Namun, karena jalan rusak, warga memilih menggunakan tambang aek dengan biaya Rp 15 ribu per orang untuk sekali perjalanan. Waktu tempuh dari kota Sintang sekitar setengah jam. “Kalau bawa barang, biayanya lebih besar lagi. Khusus untuk jalan darat tidak memungkinkan dilewati musim penghujan. Namun, bila musim kemarau tiba, bisa digunakan dengan. Waktu tempuh juga yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tambang aek,” ucapnya.