
Dugaan PT SAM Cemari Sungai
LINTASKAPUAS.COM, SINTANG –Sejumlah petani keramba ikan di Kampong Sesar Kelurahan Kapuas Kiri Hulu Sintang mengeluhkan dampak pembuangan limbah pabrik PT Sintang Agro Mandiri (PT SAM) ke Sungai Kapuas. “Dalam sehari, ikan yang mati puluhan ekor. Letih saya ngambilnya, bisa tiga kali sehari. Kadang, ikan yang dilepaskan ribuan, yang tersisa hanya puluhan saja,” keluh Gunawan, warga Sesar
Ia mengatakan, kasus ikan mati akibat limbah pabrik kepala sawit sudah terjadi beberapa waktu terakhir. Meski sudah berlangsung lama, belum ada tindakan tegas dari pemerintah. “Saya menilai pengawasan sangat kurang, bagaimana mungkin pemerintah tidak tahu kondisi ini. Karena sudah berlangsung sejak dulu. Masalah yang dikeluhkan masih sama, yakni soal ikan yang mati,” katanya.
Dulu, kata Gunawan, sebelum Sungai Kapuas tercemar limbah pabrik, dari 6.000 bibit ikan yang lepas ke keramba, warga bisa panen hingga 1 ton. Tak heran, banyak masyarakat kemudian menggantungkan hidupnya ke sektor perikanan menggunakan keramba ikan. “Sekarang, dari 6.000 ikan itu, syukur-syukur bisa panen hingga 200 kilogram. Saya pernah masukan 3.000 ikan kaloi, yang tersisa hanya 20-an ekor. Karena, dari jumlah ikan yang dilepas, ikan yang hidup hanya 10 persen saja. Padahal, 30 persen saja ikan yang berhasil dipanen, kami sudah untung,” bebernya.
Ia mengatakan, bila ikan yang mati terjadi secara normal, biasanya masih bisa dimanfaatkan. Lain halnya ikan yan mati akibat limbah pabrik. Ketika mati langsung membusuk. “Kalau ikannya busuk, bagaimana memanfaatnya? Hanya satu jalan, yakni langsung dibuang, atau untuk makan ayam dan kucing,” kata dia.
Hal yang sama juga dikeluhkan Khairudin. Ia mengatakan, ikan keramba mati biasanya paling banyak pada pagi hari. Paling parah saat musim penghujan atau air pasang. “Karena, ketika air pasang, limbah langsung masuk ke sungai yang membuat ikan banyak mati,” katanya.
Khairudin menuturkan, dirinya pernah mengalami kerugian yang cukup besar akibat sebagian besar ikan keramba mati. Karena, dari 4.500 bibit ikan yang dimasukan dalam keramba, semuanya mati total. “Kejadiannya bulan lalu, saya masukan ikan tanggal 5 Agustus, tanggal 15 Agustus mati total,” bebernya.
Buyung menambahkan, kejadian yang sama juga pernah menimpa dirinya. “Saya pernah masukan 5.000 ikan, beberapa minggu kemudian mati semua. Setiap hari pasti ada ikan yang mati,” ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sintang, Arbudin mengatakan keluhan ikan mati milik kelompok tani binaan pemerintah, kerapkali disampaikan masyarakat. Kematian ikan yang sangat tinggi, terjadi beberapa bulan terakhir ini. “Makanya, tanggal 13 September lalu saya turun langsung untuk mengecek,” katanya.
Ia menilai, kematian ikan terjadi tidak wajar. Karena, selain nila dan bawal, ikan toman juga mati. “Biasanya, ikan ini tahan dengan kondisi yang sulit. Kuat dugaan, ikan mati karena tercemar limbah. Ini bisa dilihat dari kondisi air sungai yang tampak lemak kelapa sawit,” bebernya.
Ia mengatakan, dugaan ikan mati karena limbah semakin kuat ketika penyuluh menemukan tidak adanya penyakit pada ikan dan memberi obat untuk menyembuhkan penyakit yang kerap terjadi pada ikan. “Tatapi, obat itu tetap saja tidak berpengaruh,” katanya. Ia berharap, masalah ini diselesaikan secepatnya oleh pihak terkait. Mengingat, masyarakat sangat dirugikan akibat kejadian itu.