LINTASKPAUAS.COM, SINTANG- Sebanyak 85 pucuk Senjata Api(Senpi) rakitan Milik masyarakat Kabupaten Sintang yang diserahkan secara suka rela kepada aparat Kepolisian Resort Sintang dimusnahkan.
Proses pemusnahan Senpi rakitan tersbut dilakukan dengan menggunakan alat pemotong besi listrik yang digelar usai pertemuan bersama dengan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat serta organisasi kemasyarakatan dalam rangka penolakan ISIS masuk kekabupaten Sintang berlangsung di mapolres Sintang, kemarin.
Kapolres mengapresiasi kesadaran masyarakat yang dengan sadar, menyerahkan senjata secara suka rela, ke beberapa Polsek. Sebab memang disamping pemahaman sangsi hukum tegas bagi pemilik senjata tanpa ijin ini.” Senjata rakitan ini merupakan senjata milik masyarakat yang diserahkan secara sukarela beberapa bulan terakhir ini, “ujar Kapolres Sintang, Oktavianus Martin.
Ia mengatakan pemusanahan sebanyak 85 senjata secara simbolis tersebut, dperkirakan masih akan bertambah. Sebab masih ada beberapa diantaranya tersimpan di Polsek dan belum diserahkan. “Kita tetap mengimbau apabila masih ada masyarakat yang menyimpan senpi agar dapat menyerahkan secara sukarela,”kata Veris.
ia juga mengatakan bahwa pemusnahan sejata api rakita tersebut berkaitan langsung dengan dengan kegiatan proaktif Policing Polres Sintang. Dimana yang sebelumnya masyarakat yang menyimpan senjata api rakitan dengan kesadaran untuk menyerahkan, baik melalui Polsek-Polsek maupun aparatur pemerintah ditiap desa.
“Imbauan ini kita lakukan, agar mencegah bahaya kepemilikan Senpi rakitan. Seperti salah tembak dan sebagainya bahkan ini pernah terjadi sebelumnya. Kita harap tidak menimbulkan korban lagi,”tukasnya.
Veris juga menambahkan bahwa penyerahan senjata Api rakitan oleh masyarakat, sesuai dengan sosialisasi yang sudah disampaikan bebelapa bulan lalu. “batasan himbauan penyerahaan kasih kita berikan toleransi sampai akhir tahun, setelah itu, jika kita menemukan masih ada masyarakat yang menggunakan Senpi akan kita berikan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku, “pungasnya(Hery Lingga)