LINTASKAPUAS.COM-SINTANG, Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) terus menggerogoti Sintang, hingga saat ini sudah enam orang korban meninggal dunia. Oleh sebab itu, dihimbau kepada seluruh masyarakat kabupaten Sintang agar waspada dengan penyakit yang mematikan tersebut.
Kepala Bidang, (Kabid) Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Diskes, Darmadi mengatakan bahwa kasus DBD di Kabupaten Sintang saat ini sangat tinggi dan dimungkinkan akan menjadi siklus lima tahunan, “ jika hal tersebut terjadi dipastikan KLB besar-besaran, karena tidak hanya di Sintang beberapa kabupaten lainya juga mulai muncul. Berbagai seterategy juga sudah dilakukan semua,” katanya kepada sejumlah wartawan saat ditemui diruang kerjanya kemarin
Darmadi juga mengatakan tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) diikuti dengan tingginya permintaan Fogging oleh masyarakat. Namun ia menegaskan bahwa fogging merupakan upaya sementara waktu untuk penanganan nyamuk penyebab DBD. “Permintaan untuk fogging diwilayah Sintang sudah merata, padahal Fogging membunuh sementara. Tanpa disertai gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk, ini akan dirasa sulit,”ujarnya
Semboyan 3M Menguras Mengubur dan Menutup, wajib dilaksanakan bersama-sama oleh seluruh masyarakat di setiap lingkungannya masing-masing. Karena, jika hal tersebut tak diterapkan maka usaha yang dilakukan terutama fogging akan tidak maksimal. “Nyamuk dalam sepuluh hari sudah menetas dan jangkauanya bisa berpindah-pindah mengikuti angin dan sebagainya ini yang rentan penyebaranya,”tutur Darmadi
Darmadi juga menjelasakan bahwa DBD menular dari manusia melalui perantara nyamuk. Sesorang yang telah terkena DBD kemudian digigit nyamuk, akan dapat menularkan kemanusia lainya yang sehat. Oleh karena itu masyarakat harus kompak untuk memberantas jentik maupun sarang nyamuk.
Hingga dibulan september ini, jumlah pasien total sebanyak 265 dan enam dianatranya meninggal dunia. Korban rata-rata, usia 5-9 berjumlah empat orang, dan usia 10-14 dua orang. Kasus terbanyak terdapat di kec Sintang Kota. “Kita peridiksi januari 2015 mendatang kasus akan berkurnag. Namun dari maret ini pasien justru terus bertambah. Bakan tidak memandang musim hujan atau kemarau nyamun tetap menetas,” tukasnya
Terpisah, Direktur rumah Sakit, Ade M Djoen, Harysinto Linoh mengatakan penanganan dirumah sakti terhadap pasien DBD amat tergantung kepada kecepatan pasien untuk diperiksakan ke rumah sakit. Apabila sudah dalam kondisinya syok pasien akan sulit tertolong. “Kesulitan kita memang banyak pasien yang terlambat dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.
Mengenai penyediaan infust trombosit rumah sakit setidaknya butuh waktu enam jam dan dibuat dengan alat khusus yang dimiliki. “Jadi ketika tahu demam, pasien wajib dibawa ke DBD,”
ia juga menghimbau kepada seluruh Masyarakat kabupaten Sintang agar tidak mudah begitu percaya dengan obat tradisional, sebab walaupun dalam banyak kasus berhasil sembuh bisa jadi penyakitnya bukan DBD. “Harus dicurigai DBD dan dibawa ke rumah sakit,”ungkapnya.
Dalam hal kesiapan penanganan memang dikakui rumah sakit ketersediaan tempat tidur ruang ICU, yang berjumlah lima unit dirasa kurang, jika terjadi lonjakan pasien DBD. “Terpaksa pasien kita rawat diruang umum,” ungkapnya.
Hingga kini rumah sakit mencatat peningkatan telah terjadi sejak januari, sebanyak 200 lebih pasien. “Untuk korban meninggal saya belum cek, hanya memang selalu kita sampaikan ke Diskes,”pungkas Sinto. (Hery Lingga)