LINTASKAPUAS | SINTANG – , Meskipun Indonesia sudah merdeka selama 77. Namun, belum semua masyarakat bisa merasakan kemerdekaan tersebut khususnya bagi mereka yang tinggal diwilayah perbatasan Indonesia -malaysia.
Ketimpangan pembangunan sarana dan prasarana diwilayah perbatasan tersebut masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang hingga saat ini belum berhasil diatasi
dampaknya, masyarakat perbatasan khususnya yang ada diwilayah Ketungau Hulu Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat merasa masih terisolasi.
Kondisi jalan bak kubangan lumpur, belum adanya fasilitas jaringan listrik PLN, tidak adanya jaringan telekomunikasi, mininya fasilitas sarana air Bersih hingga minimnya Sumber daya manusia(SDM) Kesehatan dan Pendidikan hingga saat ini menjadi sebuah perhatian tersendiri.
Wilayah perbatasan yang digadang-gadang kan merupakan serambi terdepan negara ternyata hanya selogan belaka dan terkesan hingga saat ini menjadi produk proyek dari pemerintah pusat namun hasilnya masih dalam keterbatasan khususnya Infrastrukur jalan yang sangat memperihatinkan.
Minimnya fasilitas yang dapat dinikmati masyarakat perbatasan tersebut membuat mereka tak ada pilihan lain sehingga tetap tergantung dengan Negara tetangga khusunya dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari.
Bahkan masyarakat yang ada diwilayah perbatasan hingga saat ini masih memegang teguh slogan “Garuda di adaku, Malaysia di perutku”.
Saat tim liputan Lintaskapuas.com menggelar perjalanan menuju wilayah perbatasan tepatnya ke desa Sungai Kelik, dimana desa tersebut akan menjadi lokasi rencana dibangunnya PLBN.
Tinjauan dilapangan akses mobilitas masyarakat terhadap kondisi jalan diperbatasan tergantung kondisi cuaca karena dalam hitungan jam jika turun hujan kondisi jalan akan berubah menjadi kubangan lumpur.
Banyak warga yang menggunakan kendaraan roda dua terjebak dalam kubangan lumpur sehingga dibutuhkan tenaga ekstra serta saling tolong menolong untuk mengeluarkan kendaraannya dari jebakan lumpur. Sementara untuk roda empat, jika terjebak maka mesti menunggu pertolongan dari pihak perusahaan yang beroperasi diwilayah tersebut
Berat rasanya bagi masyarakat untuk merasakannya. namun semua mesti dilewati setiap harinya demi untuk memenuhi kebutuhan hidup. masyarakat hanya dituntut untuk bersabar semoga masih ada komitmen dari keberpihakan. tapi jika dilihat dari aspek pendukung kita masih sangat jauh dari ketertinggalan.
Masyarakat perbatasan khusunya yang ada diwilayah Desa Jasa, Desa Sungai Kelik, Desa Nanga Bayan, untuk memenuhi kebutuhan hidup masih tergantung dengan Negara Tetangga Serawak Malaysia melalui jalur tikus.
Tidak ada pilihan untuk berbelanja ke negara Lain. selain Akses lebih mudah, barang-barang yang dibutuhkan lengkap serta harga terjangkau dibandingkan dengan jika berbelanja ke pusat kota kecamatan, selain biaya operasional tinggi, Akses jalan tak mendukung, barang yang dibutuhkan terkadang tidak ada.
“Kami tidak ada pilihan lain bang, karena untuk belanja ke pusat kota kecamatan akan membutuhkan waktu lama dengan kondisi jalan saat ini serta biaya operasionalnya tinggi, belum lagi nanti yang kami butuhkan ternyata tidak ada.
kalau ke negara tetangga sebelah, jarak tempuh kami hanya sekitar 2 jam sudah sampai dan barang-barang yang kami butuhkan sehari-hari juga pasti lengkap, meskipun kami harus menempuh dengan jalan kaki, “ungkap warga Desa Sungai Kelik, Steven kepada lintaskapuas.com, Kamis(15/9/2022)
Ia juga mengaku bahwa masyarakat perbatasan khusunya warga des Sei Kelik menjual hasil pertaniannya ke negeri tetangga Malaysia. mulai dari Lada, kakao, sayur-sayuran dan lain-lainnya di jual ke Malaysia.
“Untuk akses penjualan hasil ladang kami bebas disana, bahkan difasilitasi, jadi banyak masyarakat menjualnya dengan membuka lapak dipinggir jalan, dan masyarakat malaysia sangat antusias untuk membelinya, “jelas Steven.
Menurut Steven, sebenarnya jika kondisi Infrastruktur jalan memadai diwilayah perbatasan dipastikan, warga akan mengurangi belanja Malaysia.
“Kalau akses jalan sudah baik, pasti warga akan berkurang belanja ke Malaysia. paling belanja kesana jika barangnya tidak ada dijual didalam negeri, “jelasnya.
Steven berharap kepada pemerintah baik pusat maupun Daerah untuk lebih memperhatikan kondisi infrastruktur yang ada diperbatasan karena hingga saat ini, kondisinya sangat memperihatinkan. ” masyarakat sebenarnya mintanya tidak muluk-muluk. masyarakat hanya minta infrastrukur jalan dibangun, fasilitas listrik PLN masuk, Sarana air bersih dan sarana kesehatan dan pendidikan diperhatikan, karena dengan cara itu pasti akan mempermudah akses ekonomi masyarakat, “pungkasnya.