Harga Karet Turun, Pengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat

0
1327
Basilius
Basilius

LINTASKAPUAS.COM,SINTANG –“Saya ingin menyampaikan dampak penurunan harga karet bang. Apakah bisa dimuat?,” Itulah yang disampaikan Basilius, tokoh pemuda Nanga Mau. Ia merasa perlu menyampaikan masalah tersebut melalui media. Agar, pemerintah bisa mengintervensi harga karet global demi kesejahteraan petani.
Ia mengatakan, penurunan harga karet tak hanya melumpuhkan ekonomi masyarakat, tetapi juga bisa mempengaruhi derajat kesehatan. Khususnya masyarakat pedalaman yang menjadikan menyadap karet sebagai mata pencaharian utama. “Contohnya begini, ketika harga karet turun, daya beli juga menurun. Otomatis, kemampuan untuk membeli makanan bergizi juga berkurang. Ini bisa berdampak pada derajat kesehatan,” jelasnya.
Ibarat rantai makanan yang saling berkaitan, kata dia, derajat kesehatan yang menurun bisa menyebabkan gizi buruk dan menurunnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). “Kalau kondisi ini dibiarkan terus menerus, ekonomi masyarakat semakin terpuruk,” katanya.
Harga karet yang jatuh pada titik terendah, sambung dia, juga mengancam keberlangsungkan pendidikan anak dari petani karet. “Dulu, ketika harga karet Rp 15 ribu, kebutuhan pendidikan bisa terpenuhi dengan baik. Sekarang ini dengan harga karet sekitar Rp 5 ribu per kilogram, untuk mengirim biaya anak sekolah mereka kepayahan,” katanya.
Basilius menuturkan, penurunan harga karet membuat masyarakat tak punya lahan pekerjan lain yang bisa diandalkan lagi. “Jangan heran kalau PETI sekarang semakin marak karena ekonomi masyarakat belum membaik. Mereka terpaksa kerja PETI untuk memenuhi kebutuhan perut,” katanya.
Pria yang juga petugas medis ini mengaku merasakan sendiri dampak penurunan harga karet. Karena, dirinya mempunyai kebun karet sekitar 2 hektar. “Ketika karet turun, banyak penoreh minta berhenti. Karena biasanya mereka bisa mendapatkan Rp 150 ribu per hari, sekarang menurun hingga Rp 30-50 ribu per hari,” bebernya.