Komoditi Kopi Potensi Besar dikembangkan Dengan Sistem Agroforestry di Sintang

0
247
Bupati Sintang, Jarot Winarno terima penyerahan Bibit tanaman dari masyarakat Ansok saat menghadiri pelatihan Budidata kopi dengan sistem agroforestri dirumah Kopi Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang

LINTASKAPUAS | SINTANG – Solidaridad bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sintang menggelar pelatihan budidaya kopi dengan sistem Agroforestry yang berlangsung di rumah Kopi kediaman Bupati kecamatan kelam Permai, Selasa(23/8/2022)

Sebagaimana diketahui bahwa Agroforestry (Wana Tani) adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengolahan social, ekonomi dan budaya masyarakat.

Peserta pelatihan budidaya Kopi dengan sistem Agroforestry tersebut berasal dari sejumlah Kepala desa yang ada diwilayah Kecamatan Kelam permai, Ketua lembaga pengelola rimba Gupung dan kelompok tani yang di dibuka secara langsung oleh Bupati Sintang Jarot Winarno.

Bupati Sintang, Jarot Winarno mengatakan Kabupaten Sintang memiliki potensi yang sangat besar untuk budidaya komoditas salain karet, lada dan sawit.

“Tanah kita disini bagus, bisa ditanam kopi dan kakao, kita juga punya potensi untuk pengembangan madu kelulut,”ucapnya.

Ia juga mengaku bahwa dirinya sudah berhasil membudayakan tanaman kopi dilahan seputaran rumah kopi. “Kita ingin masyarakat juga membudidayakan kopi dengan cara atau sistem agroforestry. Sehingga kedepan kebutuhan kopi di Sintang dapat dipenuhi oleh petani lokal,” harapnya.

Tanaman kopi yang dibudidayakan oleh Bupati Sintang di area rumah Kopi kecamatan kelam Permai Kabupaten Sintang

Jarot juga mengajak masyarakat khususnya petani untuk melirik kopi sebagai potensi baru yang dapat dibudidayakan di Kabupaten Sintang.

“Jangan malas, Sintang punya potensi untuk kembangkan komoditi kopi, kakao, madu kelulut. Tanah di Sintang cukup baik untuk pengembangan komoditi kopi,”pungkasnya.

Sementara, Programme Officer Solidaridad Indonesia, Apit menyampaikan Pelatihan budidaya Kopi dengan sistem Agroforestry adalah salah satu upaya mengangkat komoditas kopi asal Sintang agar lebih dikenal. Ia mengatakan di Sintang cukup banyak potensi kopi bahkan sudah ada petaninya.  Hal ini lah yang ingin diangkat oleh Solidaridad bersama dengan pemerintah daerah Kabupaten Sintang.

“Pelatihan ini diikuti oleh ketua lembaga pengelola rimba gupung yang merupakan binaan Solidaridad dan sejumlah kepala desa. Kita membantu Pemda Sintang untuk mengangkat komoditas kopi di Sintang,” kata Apit.

Ia berharap dengan adanya pelatihan budidaya kopi dengan sistem agroforestry ini masyarakat di sekitar gupung tetap dapat menerima manfaat secara ekonomis lewat budidaya kopi namun tetap menjaga rimba gupung mereka.

“Dari 9 desa yang mengelola gupung, potensinya berbeda-beda. Ada yang ingin menanam kopi ada yang tidak. Kita minta bantu BPDASHL untuk bisa membantu bibit. Kita juga berharap kedepan pemerintah Kabupaten bisa membantu pengadaan bibit,” ujar Apit.

Menurut Apit peluang bisnis kopi di Sintang sangat besar. Oleh karena itu budidaya komoditi kopi sangatlah bagus untuk digeluti. Apalagi selama ini diketahui sebagian besar pasokan kopi di Sintang berasal dari luar Sintang

Kasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASLH) Kapuas, Catur Basuki Setyawan mengatakan lahan kritis di Kabupaten Sintang kurang lebih 170 ribu hektar. Maka diperlukan cara agar lahan kritis dapat direhabilitasi sekaligus memiliki nilai ekonomis, tanaman kopi dianggap tepat untuk program agroforestry.

“Salah satu cara untuk melakukan rehabilitasi adalah lewat agroforestry. Diharapkan masyarakat yang menanam kopi lewat sistem agroforestry selain memperbaiki lingkungan juga mendapat nilai ekonominya,” ujar Catur.

Agroforestri kopi dipilih sebagai salah satu upaya konservasi lingkungan karena memberikan manfaat secara ekonomi dan bagi lingkungan. Masyarakat dapat menerima penghasilan tambahan dengan mengolah buah kopi tanpa harus menebang pohonnya, sehingga dapat membantu mempertahankan cadangan karbon dan air tanah dalam lanskap.

“Dengan adanya penanaman kopi di hutan yang pertama, masyarakat akan mendapat tambahan penghasilan, kedua supaya hutan lebih dijaga dan tidak menjadi gundul, ketiga mencegah kerusakan lingkungan ,“ pungkasnya.