Masyarakat Bakar Lahan, Presiden Langsung Tahu?

0
1455
Simulasi penanganan kebakaran hutan dan lahan di halaman Kodim 1205 Sintang, Rabu (20/7)
Simulasi penanganan kebakaran hutan dan lahan di halaman Kodim 1205 Sintang, Rabu (20/7)

SINTANG- Ketika mengunjungi masyarakat Desa Nobal Kecamatan Tebelian, Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai dan Desa Nyangkom Kecamatan Kayan Hilir, Bupati Sintang Jarot Winarno mengimbau masyarakat agar tak lagi membakar lahan ketika berladang.

“Sekarang ada program percetakan sawah. Mari perlahan-lahan beralih dari berladang dengan cara membakar ke metode yang tidak dibakar, contohnya persawahan,” ajaknya.

Karena, sambung Jarot, setiap pukul 06.00 dan jam 16.00, Presiden dan jajaran seperti Panglima dan Kapolri terus terus memantau titik api di seluruh Indonesia.

“Jadi, kalau ada masyarakat yang membakar lahan, Presiden bisa langsung tahu. Dan langsung menghubungi jajaran sampai ke paling bawah. Kalau ini terjadi, kita semua repot. Karena, hukuman bagi pembakar lahan sangat berat,” katanya.

“Kalaulah ada masyarakat yang membakar lahan, hendaknya memberitahukan pihak keamanan. Itupun hanya dua hektar saja dan dilakukan bergilir. Kalau membakar, jaga apinya agar tidak membesar,” pintanya.

Jarot mengatakan, dirinya perlu mengingatkan masyarakat karena hukuman bagi pelaku pembakaran lahan sangat berat. Kalau ada titik api kemudian memercik ke kawasan hutan atau kebun sawit dan terbakar, pelakunya akan ditangkap.

“Di Sintang, pernah ada kasus seperti ini. Ibu-ibu yang membakar halaman, tak sengaja memercik kebun sawit. 17 pokok (batang sawit-red) terbakar. Ibu-ibu tersebut kemudian ditahan, sampai sekarang belum bebas. Hakim vonis 1 tahun, karena jaksanya banding hukumannya menjadi 3 tahun. Saya tak mau kejadian seperti ini terulang. Oleh karena itu, kita semua harus berhati-hati,” pinta Jarot.

Perlu Waktu Lama
Ketua DPRD Sintang, Jeffray Edward mengganggap sangat berat untuk mengubah tradisi ladang berpindah dengan cara membakar. “Selama ini membakar ladang sudah jadi tradisi, untuk mengubah pola pikir masyarakat perlu waktu lama,” nilai dia.

Apalagi, Sumber Daya Manusia (SDM) petani terbatas dan terbiasa “manja” dengan alam. Sebagian besar dari mereka, juga tidak memahami pola pertanian tanpa membakar. “Kondisi ini diperparah oleh kurangnya sosialisasi dari pemerintah terkait cara mengolah lahan tanpa membakar. Ini yang harus dioptimalkan kedepan,” katanya.

Politisi PDI Perjuangan ini menegaskan, sangat sulit melarang masyarakat agar tidak membakar lahan jika tidak disertai solusi nyata. “Kalau tidak boleh membakar ladang, harus ada jalan keluar. Mengubah mereka tidak semudah membalikan telapak tangan. Bisa jadi, masih ada masyarakat yang tidak mengetahui jika membakar lahan itu dilarang,” katanya.